Masa depan suatu negara ditentukan oleh kehandalan aset negara yang tidak
dapat dinilai dengan dollar, yaitu sosok mahasiswa yang senantiasa memiliki "
energi positif ". Terkadang pembuat kebijakan di negeri jamrud katulistiwa
ini masih hanya menggunakan parameter fisik / material untuk landasan maupun
parameter keberhasilan pembangunan nasional. Terkadang keberhasilan
pembangunan hanya diartikan dengan murahnya BBM, kebutuhan dasar, gagahnya
gedung-gedung pencakar langit dan rakyat merasa tenang..
Negeri ini telah mengalami berbagai pengalaman pahit yang mungkin baru terasa
akhir-akhir ini. Angka korupsi di Indonesia cukup tinggi, tingkat konsumsi
narkoba sangat tinggi, pergaulan bebas terjadi di berbagai tempat,
konglomerat nakal berkeliaran di berbagai tempat, media yang dengan tenangnya
menyiarkan dan menampilkan berbagai adegan atau foto yang tidak senonoh dan
berbagai rentetan peristiwa penjarahan di berbagai tempat pada tahun 1998.
Saat ini tingkat pengangguran sudah mencapai angka 20 %, sebuah angka yang
sangat tinggi untuk negeri yang katanya kaya ini. Berbagai fenomena tersebut
selalu terkait dengan keberadaan mahasiswa.
Ada tiga hal yang belum seimbang pada diri mahasiswa sehingga " energi
positif " yang terpendam di dalam diri mahasiswa belum membawa rahmat bagi
sekalian alam. Tiga hal tersebut yaitu : Ngaji, Studi dan Aksi. Ngaji
merupakan sebuah proses belajar yang berkaitan dengan ilmu-ilmu " vertikal "
atau hubungan manusia dengan Sang Khaliq. Ilmu " vertikal " memang sangat
penting karena sebagai pedoman manusia untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Ingatlah tujuan utama manusia ada di muka bumi adalah untuk
beribadah kepada Sang Pencipta. Dengan melaksanakan ibadah yang benar
maka kehandalan " sistem kontrol " pada hati dan otak terhadap berbagai
perbuatan yang buruk atau " energi negatif " akan mencapai hasil yang
optimal, artinya bahwa otak dan hati senantisa peka terhadap berbagai bisikan
setan yang senantiasa membangkitkan " energi negatif " pada diri mahasiswa. Dan salah satu syarat
untuk memperoleh kehandalan " sistem kontrol " pada hati dan otak mahasiswa
adalah dengan bekal ilmu - ilmu " vertikal ". Hal itulah yang menjadi alasan
betapa pentingnya kedudukan Ngaji pada diri mahasiswa.
Studi merupakan aktivitas keseharian mahasiswa di kampus yang sering dibagi
menjadi beberapa satuan kredit semester maupun aktivitas belajar di luar
kampus. Definisi SKS meliputi 3 kegiatan, yaitu : belajar di ruang kuliah (tatap
muka dengan dosen), belajar mandiri di rumah / kost dan belajar secara
mandiri melalui berbagai sumber / literatur di perpustakaan. Namun yang
terjadi di lapangan bahwa mahasiswa cenderung belajar saat di ruang kuliah,
saat akan ujian dan saat di ruang ujian. Fenomena di atas biasanya sering
terjadi pada mahasiswa tingkat menengah ke atas (bukan mahasiswa baru). Dari
hal diatas seharusnya pihak dosen dan mahasiswa saling bertanggungjawab,
karena ada beberapa alasan kenapa mahasiswa hanya belajar saat berada di
ruang kuliah, saat akan ujian dan saat berada di ruang kuliah (mengerjakan
soal sambil belajar). Mungkin beberapa mahasiswa tingkat menengah ke atas
berusaha mencoba cara belajar seperti itu dan ternyata nilai yang diperoleh
cukup bagus, sehingga pada semester berikutnya cara belajar seperti itu tetap
dipertahankan untuk menggaet nilai A atau B. Bagi pihak dosen sendiri
seharusnya juga ikut "belajar" kenapa mahasiswa saya yang hanya menggunakan
1/3 kegiatan SKS bisa berhasil dengan baik. Sebuah pertanyaan yang seharusnya
muncul pada benak bapak / ibu dosen adalah apakah kualitas bahan ajar saya
sudah baik, apakah soal ujian yang saya buat bisa digunakan sebagai
parameter menguji kelulusan mata kuliah mahasiswa selama 1 semester ataukah
mahasiswa saya lebih pintar daripada saya ?
Aksi merupakan sebuah proses aktualisasi diri mahasiswa setelah mahasiswa
memiliki sebuah idealisme yang akan ditawarkan kepada publik. Definisi aksi
meliputi proses aktualisasi potensi individu pada sebuah organisasi dan aksi
turun ke jalan atau sering disebut demontrasi. Mahasiswa merupakan sebuah
kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik : kritis, idealisme tinggi,
rela berkorban dan perjuangan yang dilakukan belum dipengaruhi oleh pihak
lain / masih murni. Disitulah letak kekuatan mahasiswa yang berfungsi sebagai
pengontrol independen terhadap berbagai kebijakan yang dibuat oleh elit-elit
kampus dan negara. Banyak sudah catatan sejarah perubahan negara kita yang
dimotori oleh aksi mahasiswa, misalnya : “penculikan” Soekarno-Hatta ke
Rengasdengklok sehingga dari aksi tersebut dan dukungan dari Tuhan Yang Maha
Esa, Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, gerakan reformasi yang
dipelopori oleh KAMMI dan tokoh reformasi Prof.Amien Rais (SABILI, Februari
2003) akhirnya berhasil menumbangkan Soeharto pada Mei 1998. Mahasiswa adalah
cerminan rakyat itu sendiri. Suara mahasiswa adalah suara rakyat. Jika rakyat
marah, maka mahasiswa pun marah. Namun yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa
adalah bahwa aksi yang dilakukan dalam menyikapi berbagai problematika kampus
atau negara haruslah aksi yang memberi penyadaran / kritikan kepada para elit
pembuat kebijakan dan sekaligus memberi tawaran solusi pemecahan problem yang
sedang terjadi. Wallahu‘alam.( Webmaster )